A. Uji
Alkali Dilusi/Resistensi Alkali
Tujuan:
mengetahui kadar CO dalam darah secara semikuantitatif.
Cara
pemeriksaan:
- o Ambil 2 tabung reaksi.
- o Masukkan 1-2 tetes darah korban ke dalam tabung pertama dan 1-2 tetes darah normal ke dalam tabung kedua (sebagai kontrol negatif).
- o Tambahkan 10 ml air ke dalam masing-masing tabung hingga warna merah dapat diamati dengan jelas. Darah pada tabung yang mengandung CO akan tampak merah jernih sedang darah kontrol berwarna merah keruh.
- o Tambahkan 5 tetes larutan NaOH 10-20% pada masing-masing tabung kemudian dikocok.
Hasil.
Darah kontrol akan segera berubah warnanya menjadi
merah hijau kecoklatan karena terbentuk hematin alkali. Sedangkan darah yang
mengandung COHb tidak berubah segera (tergantung konsentrasi COHb) karena lebih
resisten terhadap alkali. COHb dengan kadar saturasi 20% akan memberi warna
merah muda selama beberapa detik kemudian menjadi coklat kehijauan setelah 1
menit. Sebagai kontrol jangan digunakan darah fetus karena darah fetus juga bersifat
resisten terhadap alkali.
B. Uji
Formalin
Tujuan:
mengetahui kadar COHb secara semikuantitatif
Cara
pemeriksaan:
Ambil
beberapa tetes darah yang akan diperiksa, masukkan dalam tabung reaksi
tambatikan beberapa tetes larutan formalin 40% sama banyaknya
Hasil.
Bila darah
mengandung COHb 25% saturasi maka akan terbentuk koagulat berwarna merah yang
mengendap pada dasar tabung reaksi. Semakin tinggi kadar COHb, semakin merah
warna koagulatnya. Sedangkan pada darah normal akan terbentuk koagulat yang
berwarna coklat.
A.
Pemeriksaan Destruksi Asam Terhadap Paru-paru dan Organ Lain
Cara
pemeriksaan:
- o Ambil 100 g jaringan perifer paru, potong-potong hingga kecil, lalu masukkan dalam labu Kjeldahl.
- o Tambahkan asam sulfat pekat kira-kira sebanyak seluruh jaringan paru. Pada permukaan didesakkan gumpalan kertas agar seluruh jaringan paru-paru terendam dan diamkan sampai jaringan hancur (biasanya, antara ½ sampai 1 hari).
- o Panaskan dalam lemari asam sampai mendidih lalu teteskan asam nitrat pekat sampai cairan menjadi jernih.
- o Cairan didinginkan kemudian disentrifugasi.
- o Sedimen yang terjadi diambil ditambahkan dengan akuades kemudian disentrifugasi kembali.
- o Hasilnya diperiksa dengan mikroskop.
Hasil.
Pemeriksaan
dikatakan positif bila pada jaringan paru ditemukan diatom cukup banyak 4-5/LPB
atau 10-20 persatu sediaan. Adanya diatom sebanyak 1/LPB pada bahan sumsum
tulang panjang dikatakan positif.
B.
Pemeriksaan Getah Paru
Cara
pemeriksaan:
- o Paru-paru dilepaskan satu persatu secara tersendiri dengan memotong hilus. Paru-paru yang sudah dilepas tidak boleh diletakkan tetapi langsung disiram dengan dengan air bersih (bebas diatom dan alga).
- o Iris bagian perifer sedalam _+ 1 cm, masing-masing 2 lapisan pada satu sisi paru.
- o Cairan paru diambil dari dinding irisan dengan cara menyeka dinding irisan dengan punggung pisau yang bersih.
- o Cairan tersebut diletakkan pada gelas obyek.
- o Tutup dengan kaca penutup dan diperiksa dengan mikroskop.
Hasil
o Dicari apakah terdapat diatom, ganggang, atau plankton lainnya.
o Dicari apakah terdapat diatom, ganggang, atau plankton lainnya.
- Adanya salah satu saja dari plankton-plankton tersebut menunjukkan adanya cairan yang masuk ke alveoli paru
Pemeriksaan
cairan mani dapat digunakan untuk membuktikan:
1. Adanya
persetubuhan melalui penentuan adanya cairan mani dalam labia minor atau vagina
yang diambil dari forniks posterior.
2. Adanya
ejakulasi pada persetubuhan atau perbuatan cabul melalui penentuan adanya
cairan mani pada pakaian, seprai, kertas tissue, dsb.
Pemeriksaan
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penentuan
spermatozoa (mikroskopis)
- Tanpa pewarnaan untuk melihat motilitas spematozoa yang paling bermakna untuk memperkirakan saat terjadinya persetubuhan.
Cara
pemeriksaan:
o Letakkan
satu tetes lendir vagina pada kaca obyek
o Lihat
dengan pembesaran 500 kali dengan kondensor diturunkan
o Perhatikan
pergerakan spermatozoa
Umumnya
disepakati dalam 2-3 jam setelah persetubuhan masih dapat ditemukan spermatozoa
yang bergerak dalam vagina. Haid akan memperpanjang waktu ini menjadi 3-4 jam.
Berdasarkan beberapa penelitian, dapat disimpulkan bahwa spermatozoa masih
dapat ditemukan 3 hari, kadang-kadang sampai 6 hari pascapersetubuhan. Pada
orang mati, spermatozoa masih dapat ditemukan hingga 2 minggu pasca
persetubuhan, bahkan mungkin lebih lama lagi.
Bila
spermatozoa tidak ditemukan, belum tentu dalam vagina tidak ada ejakulat karena
kemungkinan azoosperma atau pascavasektomi. Bila hal ini terjadi, maka perlu
dilakukan penentuan cairan mani dalam cairan vagina.
- Dengan pewarnaan
Cara
pemeriksaan:
o Buat
sediaan apus
o Fiksasi
dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut pada nyala api
o Pulas
dengan HE, biru metilen, atau hijau malakit.
Cara
pewarnaan yang mudah dan baik untuk kepentingan forensik adalah pulasan dengan hijau
malakit dengan prosedur sebagian berikut:
o Warnai
dengan larutan hijau malakit 1% selama 10 – 15 menit
o Cuci
dengan air mengalir
o Lakukan
pulas ulang dengan larutan Eosin Yellowish 1% selama 1 menit
o Cuci lagi
dengan air
Keuntungan
dengan pulasan ini adalah inti sel epitel dan leukosit tidak terdiferensiasi,
sel epitel berwarna merah muda merata dan leukosit tidak terwamai. Kepala
spermatozoa tampak merah dan lehernya merah muda, ekornya berwarna hijau.
2. Penentuan cairan mani (kimiawi)
A. Reaksi fosfatase asam merupakan tes penyaring
adanya cairan mani sehingga harus selalu dilakukan pada setiap sampel yang
diduga cairan mani sebelum dilakukan pemeriksaan lain.Dasar reaksi. Adanya
enzim fosfatase asam dalam kadar tinggi yang dihasilkan oleh kelenjar prostat.
Prinsip. Enzim fosfatase asam menghidrolisis natrium
alfa naftil fosfat. Alfa naftil yang telah dibebaskan akan bereaksi dengan
brentamin menghasilkan zat warna azo yang berwarma biru ungu.
Reagen:
Larutan A:
o Brentamin Fast
Blue B 1 g ( 1 )
o Natrium
asetat trihidrat 20 g (2)
o Asam
asetat glasial 10 ml (3)
o Akuades
100 ml (4)
(2) dan (3)
dilarutkan dalam (4) untuk menghasilkan larutan penyangga dengan pH 5, kemudian
(1) dilarutkan dalam larutan penyangga tersebut
Larutan B:
Natrium alfa
naftil fosfat 800 mg + Akuades 10 ml
89 ml
Larutan A ditambah 1 ml larutan B, lalu disaring cepat ke dalam botol yang
berwarna gelap. Jika disimpan di lemari es, reagen ini dapat bertahan bermingguminggu
dan adanya endapan tidak akan mengganggu reaksi.
Cara
pemeriksaan:
o Bahan yang
dicurigai ditempelkan pada kertas saring yang terlebih dahulu dibasahi dengan
akuades selama beberapa menit
o Kertas
saring diangkat dan disemprot/diteteskan dengan reagen
o Tentukan
waktu reaksi dari saat penyemprotan sampai timbul warna ungu
Tes ini
tidak spesifik, hasil positif semu dapat terjadi pada feses, air teh, kontrasepsi, sari buah, dan tumbuh-tumbuhan.
Hasil:
o Bercak
yang tidak mengandung enzim fosfatase memberikan warna serentak dengan
intensitas tetap, sedangkan bercak yang mengandung enzim tersebut memberikan
intensitas warna secara berangsur-angsur
o Waktu
reaksi 30 detik merupakan indikasi kuat adanya cairan mani. Bila 30-65 detik,
masih perlu dikuatkan dengan pemeriksaan elektroforesis. Waktu reaksi > 65
detik belum dapat menyatakan sepenuhnya tidak terdapat cairan mani karena
pernah ditemukan waktu reaksi > 65 detik tetapi spermatozoa positif.
o Enzim
fosfatase asam yang terdapat di dalam vagina memberikan waktu reaksi rata-rata
90-100 detik.
o Kehamilan,
adanya bakteri-bakteri dan jamur, dapat mempercepat waktu reaksi.
b. Reaksi
Florence dilakukan dan memberi manfaat bila terdapat azoospermia atau cara lain
untuk menentukan semen tidak dapat dilakukan
Dasar.
Menentukan adanya kolin.
Reagen
(larutan lugol) yang dapat dibuat dari:
o Kalium
yodida 1,5 g
o Yodium 2,5
g
o Akuades 30
ml
Cara
pemeriksaan:
o Bercak
diekstraksi dengan sedikit akuades
o Ekstrak
diletakkan pada kaca obyek, biarkan mengering
o Tutup
dengan kaca penutup
o Reagen
dialirkan dengan pipet di bawah kaca penutup
Hasil. Bila
terdapat mani, tampak kristal kolin periodida coklat berbentukjarum dengan
ujung sering terbelah.
Tes ini
tidak khas untuk cairan mani karena ekstrak jaringan berbagai organ, putih
telur, dan ekstrak serangga akan memberikan kristal serupa. Sekret vagina
kadang-kadang memberikan hasil positif. Sebaliknya, bila cairan mani belum
cukup berdegradasi, maka hasilnya mungkin negatif.
c. Reaksi
Berberio
Dasar
reaksi. Menentukan adanya spermin dalam semen.
Reagen.
Larutan asam pikrat jenuh.
Cara
pemeriksaan. Sama seperti pada reaksi Florence.
Hasil
positif. Adanya
kristal spermin pikrat kekuningan berbentuk jarum dengan ujung tumpul.
Kadang-kadang terdapat garis refraksi yang tertetak longitudinal.
Kristal
mungkin pula berbentuk ovoid.
Reaksi
tersebut mempunyai arti bila mikroskopik tidak ditentukan spermatozoa.
3. Penentuan golongan darah ABO pada cairan mani
Penentuan
golongan darah ABO pada semen golongan sekretor dilakukan dengan cara absorpsi
inhibisi. Hanya golongan sekretor saja yang dapat ditentukan golongan darah
dalam semen.
Pada
individu yang termasuk golongan sekretor (85% dari populasi), substansi
golongan darah dapat dideteksi dalam cairan tubuhnya seperti air liur, sekret
vagina, cairan mani, dan lain-lain. Substansi golongan darah dalam cairan mani
jauh lebih banyak dari pada air liur (2-100 kali).
Adanya
substansi ‘asing’ menunjukkan di dalam vagina wanita tersebut terdapat cairan
mani.
4. Pemeriksaan bercak mani pada
pakaian
a. Secara
visual
Bercak mani
berbatas tegas dan warnanya lebih gelap daripada sekitarnya. Bercak yang sudah
agak tua berwarna kekuningan. Pada bahan sutera/nilon, batas sering tidak
jelas, tetapi selalu lebih gelap daripada sekitarnya.
Pada tekstil
yang tidak menyerap, bercak segar menunjukkan permukaan mengkilat dan
translusen kemudian mengering. Dalam waktu kira-kira 1 bulan akan berwarna
kuning sampai coklat.
Pada tekstil
yang menyerap, bercak segar tidak berwarna atau bertepi kelabu yang berangsur
menguning sampai coklat dalam waktu 1 bulan.
Di bawah
sinar ultraviolet, bercak semen menunjukan fluoresensi putih. Bercak pada
sutera buatan atau nilon mungkin tidak berfluoresensi. Fluoresensi terlihat
jelas pada bercak mani pada bahan yang terbuat dari serabut katun. Bahan
makanan, urin, sekret vagina, dan serbuk deterjen yang tersisa pada pakaian
sering berfluorensensi juga.
- Secara taktil (perabaan)
Bercak mani
teraba kaku seperti kanji. Pada tekstil yang tidak menyerap, bila tidak teraba
kaku, masih dapat dikenali dari permukaan bercak yang teraba kasar.
- Skrining awal (dengan Reagen fosfatase asam)
Cara pemeriksaan:
o Sehelai
kertas saring yang telah dibasahi akuades ditempelkan pada bercak yang
dicurigai selama 5-10 menit
o Keringkan
lalu semprot/teteskan dengan reagen
o Bila
terlihat bercak ungu, kertas saring diletakkan kembali pada pakaian sesuai dengan
letaknya semula untuk mengetahui letak bercak pada kain
- Uji pewarnaan Baecchi
Reagen:
o Asam
fukhsin 1% 1 ml
o Biru
Metilen 1% 1 ml
o Asam
klorida 1% 40 ml
Cara
pemeriksaan:
o Gunting
bercak yang dicurigai sebesar 5 mm x 5 mm pada bagian pusat bercak
o Pulas
dengan reagen Baecchi selama 2-5 menit
o Cuci dalam
HCl 1%
o Lakukan
dehidrasi berturut-turut dalam alkohol 70%, 80%, dan 95-100% (absolut)
o Jernihkan
dalam xylol (2x)
o Keringkan
di antara kertas saring
o Ambil 1-2
helai benang dengan jarum
o Letakkan
pada gelas obyek dan uraikan sampai serabut-serabut saling terpisah
o Tutup
dengan kaca penutup dan balsem Kanada
o Periksa
dengan mikroskop pembesaran 400x.
Hasil. Serabut pakaian tidak berwarna, spermatozoa dengan
kepala berwarna merah dan ekor berwarna merah muda terlihat banyak menempel
pada serabut benang.
Bila sel
darah merah dalam keadaan utuh, penentuan golongan darah dilakukan dengan
meteskan 1 tetes antiserum ke atas 1 tetes darah melihat aglutinasi yang
terjadi.
Bila sel
darah merah sudah rusak, maka penentuan golongan darah dapat dilakukan dengan
cara menentukan jenis aglutinin dan antigen. Penentuan jenis antigen dapat
lakukan dengan cara absorpsi inhibisi, absorpsi elusi, atau aglutinasi
campuran.
Yang biasa dilakukan adalah cara absorpsi
elusi dengan prosedur sebagai berikut:
o Dua atau
tiga helai benang yang mengandung bercak kering difiksasi dengan metil alkohol
selama 15 menit
o Benang
diangkat, dibiarkan mengering, kemudian diuraikan menjadi serat-serat halus
menggunakan 2 buah jarum
o Lakukan
juga terhadap benang yang tidak mengandung bercak darah sebagai kontrol negatif
o Masukan serat
benang ke dalam 2 tabung reaksi
o Teteskan
seruni anti-A ke dalam tabung pertama dan serum anti-B ke dalam tabung ke dua
hingga serabut benang tersebut terendam seluruhnya
o Simpan
tabung-tabung tersebut dalam lemari pendingin bersuhu 4 derajat Celsius selama
satu malam
o Cuci
dengan larutan garam faal dingin (4 °C) sebanyak 5-6 kali
o Tambahkan
2 tetes suspensi 2% sel indikator (sel darah merah golongan A pada tabung
pertama dan golongan B pada tabung kedua)
o Putar
dengan kecepatan 1000 RPM selama l menit
o Bila tidak
terjadi aglutinasi cuci sekali lagi dan kemudian tambahkan 1-2 tetes larutan
garam faal dingin. Panaskan pada suhu 56 °C selama 10 menit dan pindahkan eluat
ke dalam tabung lain. Tambahkan 1 tetes suspensi sel indikator ke dalam
masing-masing tabung, biarkan selama 5 menit lalu putar selama 1 menit pada
kecepatan 1000 RPM.
Pembacaan
hasil dilakukan secara makroskopik. Bila terjadi aglutinasi berarti darah
mengandung antigen yang sesuai dengan antigen sel indikator.
Tujuan utama
pemeriksaan darah forensik sebenarnya untuk membantu mengidentifikasi pemilik
darah tersebut dengan membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP pada
obyek-obyek tertentu (lantai, meja, kursi, karpet, senjata, dan sebagaimana),
manusia, dan pakaiannya dengan darah korban atau darah tersangka pelaku
kejahatan.
Selain itu pemeriksaan darah juga berguna
membantu menyelesaikan kasus-kasus bayi yang tertukar, penculikan anak, ragu
ayah (disputed paternity), dan lain-lain. Uji darah umumnya bersifat
eksklusi, artinya jika hasilnya berbeda menyingkirkan atau pasti tidak,
sedangkan jika hasilnya sama tidak memastikan atau belum tentu. Pemeriksaan
analisis DNA juga bersifat eksklusi, tetapi karena ketepatannya mendekati 100%
maka dianggap inklusi (memastikan).
Dari
bercak yang dicurigai harus dibuktikan bercak tersebut benar darah, dan berasal
dari manusia atau hewan. Bila darah tersebut berasal dari manusia, darah
menstruasi atau bukan, dan golongan darahnya.
Pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah
:
1. Pemeriksaan mikroskopis untuk melihat morfologi
sel-sel darah merah.
Cara ini
tidak dapat dilakukan bila telah terjadi kerusakan pada sel-sel darah tersebut.
o Darah yang
masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca obyek
o Tambahkan
1 tetes larutan garam faal
o Tutup
dengan kaca penutup
Cara lain
adalah membuat sediaan apus dengan pewarnaan Wright atau Giemsa.
Sel darah
merah kelas mamalia berbentuk cakram dan tidak berinti, sedangkan kelaskelas
lainnya berbentuk oval/elips dan berinti. Kelas mamalia genus Camelidae
(golongan unta) merupakan perkecualian dengan sel darah merah berbentuk
oval/elips tetapi tidak berinti.
Dengan
sediaan apus dapat terlihat sel-sel leukosit berinti banyak. Pada sel leukosit
ini, perhatikan adanya drum stick yaitu suatu benda berbentuk
bulat/lonjong, kadang bertangkai di luar inti. Hitung berapa sel dari antara 50
atau 100 sel leukosit yang menunjukkan adanya benda tersebut. Bila terlihat drum
stick dalam jumlah lebih dari 0,05%, dapatlah dipastikan bahwa darah
tersebut berasal dari seorang wanita.
2. Pemeriksaan kimiawi dilakukan dan bermanfaat bila
sel darah merah sudah dalam keadaan rusak sehingga pemeriksaan mikroskopik
tidak bermanfaat lagi.
a.
Pemeriksaan penyaring darah.
Prinsip
pemeriksaan:
H2O2?
H2O + On -
H2O2
diteteskan pada bercak yang diduga darah. H2O2 ini akan
melepaskan O2 yang akan bereaksi dengan reagen dan menyebabkan
perubahan warna karena terjadi reaksi oksidasi.
1. Reaksi
Benzidin
Reagen: Larutan jenuh kristal benzidin dalam asam
asetat glasial
Cara
pemeriksaan: Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai,
kemudian ditetesi 1 tetes H2O2 20% dan 1 tetes reagen
benzidin
Hasil
positif: Timbul
warna biru gelap pada kertas sarin
2. Reaksi
Fenoftalin
Reagen:
Fenoftalin 2 g + 100 ml NaOH 20% dipanaskan dengan biji-biji zinc sehingga
terbentuk fenoftalin yang tidak berwarna.
Cara
pemeriksaan: Kertas saring yang telah digosokkan pada bercak yang dicurigai,
ditetesi 1 tetes H2O2 20% lalu ditetesi 1 tetes reagen
fenoftalin.
Hasil
positif: Timbul
warna merah muda pada kertas sarin .
Hasil negatif kedua pemeriksaan tersebut memastikan
bukan darah, sedangkan hasil positif menyatakan mungkin darah sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
b.
Pemeriksaan penentu darah untuk memastikan darah
Dasar
pemeriksaan: Terdapatnya pigmen/ kristal hematin (hemin) dan hemokromogen.
1. Reaksi
Teichman
o Seujung
jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek
o Tambahkan
1 butir kristal NaCl dan 1 tetes asam asetat glasial
o Tutup
dengan kaca penutup
o Panaskan
Hasil
positif. Tampak
kristal hemin HCl berbentuk batang coklat yang terlihat dengan mikroskop.
2. Reaksi
Wagenaar
o Seujung
jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek
o Letakkan
juga sebutir pasir sebagai pengganjal agar terdapat celah untuk penguapan zat
o Tutup
dengan kaca penutup
o Pada satu
sisi diteteskan aseton dan pada sisi berlawanan diteteskan HCl encer
o Panaskan
Hasil
positif. Terlihat
kristal aseton-hemin berbentuk batang coklat dengan mikroskop.
3. Reaksi
Takayama
Reagen:
o 3 tetes
piridin redistilatum
o 3 tetes
larutan glukosa jenuh
o 3 tetes
larutan NaOH 10%
o 7 tetes
akuades
Cara pemeriksaan:
o Seujung
jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek
o Tambahkan
1 tetes reagen
o Tutup
dengan kaca penutup
o Panaskan
Hasil
positif. Terlihat
kristal piridin hemokromogen berbentuk bulu-bulu merah jingga atau dadu dengan
pemeriksaan mikroskop.
Hasil
negatif pemeriksaan-pemeriksaan di atas menyatakan bukan darah atau darah yang
struktur kimiawinya telah rusak, misalnya darah lama atau terbakar.
3.
Pemeriksaan spektroskopi
Tujuan:
Memastikan bahan yang diperiksa adalah darah bila dijumpai pita-pita absorpsi
yang khas dari hemoglobin atau turunannya.
Cara
pemeriksaan. Bercak kering dilarutkan dengan akuades dalam tabung reaksi dan
kemudian dilihat dengan spektroskop.
4.
Pemeriksaan serologi
Fungsi.
Menentukan spesies dan golongan darah.
Prinsip
pemeriksaan. Reaksi antara antigen (bercak darah) dengan antibodi (antisenun)
yang dapat merupakan reaksi presipitasi atau reaksi aglutinasi.
A.Macam-macam Pemeriksaan Laboratorium Sederhana dan
Pelaksanaannya
1.
Pemeriksaan Laboratorium Forensik Darah
Pemeriksaan bercak darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling
sering dilakukan pada laboratorium forensik. Karena darah mudah sekali tercecer
pada hampir semua bentuk tindakan kekerasan, penyelidikan terhadap bercak darah
ini sangat berguna untuk mengungkapkan suatu tindakan kriminil. (1)
Pemeriksaan darah pada forensik sebenarnya bertujuan untuk membantu
identifikasi pemilik darah tersebut.
Sebelum
dilakukan pemeriksaan darah yang lebih lengkap, terlebih dahulu kita harus
dapat memastikan apakah bercak berwarna merah itu darah. Oleh sebab itu perlu
dilakukan pemeriksaan guna menentukan :
a. Bercak tersebut benar darah
b. Darah dari manusia atau hewan
c. Golongan darahnya, bila darah tersebut benar dari manusia
Untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan diatas, harus dilakukan pemeriksaan
laboratorium sebagai berikut :
a. Persiapan
Bercak yang menempel pada suatu objek dapat dikerok kemudian direndam dalam
larutan fisiologis, atau langsung direndam dengan larutan garam fisiologis bila
menempel pada pakaian.
b.
Pemeriksaan Penyaringan (presumptive test)
Ada banyak
tes penyaring yang dapat dilakukan untuk membedakan apakah bercak tersebut
berasal dari darah atau bukan, karena hanya yang hasilnya positif saja yang
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Prinsip
pemeriksaan penyaringan:
H2O2
——> H2O + On
Reagen
—-> perubahan warna (teroksidasi)
Pemeriksaan
penyaringan yang biasa dilakukan adalah dengan reaksi benzidine dan reaksi
fenoftalin. Reagen dalam reaksi benzidine adalah larutan jenuh Kristal Benzidin
dalam asetat glacial, sedangkan pada reaksi fenoftalin digunakan reagen yang
dibuat dari Fenolftalein 2g + 100 ml NaOH 20% dan dipanaskan dengan biji – biji
zinc sehingga terbentuk fenolftalein yang tidak berwarna. (1)
Hasil
positif menyatakan bahwa bercak tersebut mungkin darah sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Sedangkan hasil negative pada kedua reaksi tersebut
memastikan bahwa bercak tersebut bukan darah. (2)
1. Reaksi
Benzidine (Test Adler) (1), (2)
Dulu
Benzidine test pada forensic banyak dilakukan oleh Adlers (1904). Tes Benzidine
atau Test Adler lebih sering digunakan dibandingkan dengan tes tunggal
pada identifikasi darah lainnya. Karena merupakan pemeriksaan yang paling baik
yang telah lama dilakukan. Pemeriksaan ini sederhana, sangat sensitif dan cukup
bermakna. Jika ternyata hasilnya negatif maka dianggap tidak perlu untuk
melakukan pemeriksaan lainnya.
Cara
pemeriksaan reaksi Benzidin:
Sepotong
kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai kemudian diteteskan 1 tetes
H202 20% dan 1 tetes reagen Benzidin.
Hasil:
Hasil
positif pada reaksi Benzidin adalah bila timbul warna biru gelap pada kertas
saring.
2. Reaksi Phenolphtalein (Kastle – Meyer Test) (1)
Prosedur test identifikasi yang sekarang ini, mulai
banyak menggunakan Phenolphtalein. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kastle
(1901,1906), zat ini menghasilkan warna merah jambu terang saat digunakan pada
test identifikasi darah.
Cara
Pemeriksaan reaksi Fenolftalein:
Sepotong
kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai langsung diteteskan reagen
fenolftalein.
Hasil:
Hasil positif
pada reaksi Fenoftalin adalah bila timbul warna merah muda pada kertas saring.
kak ini literaturnya dari mana ya? mohon infonya..
BalasHapusmakasih
Casino Games for Android - The Jam Hub
BalasHapusPlay Casino Games for free with no 군포 출장샵 download, no registration required! 광양 출장마사지 This online 서산 출장마사지 casino app is the 시흥 출장샵 latest release from the top provider in the 구리 출장안마 industry.